Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

Ditinggal Orangtua dan Meninggalkan Orangtua

Memiliki orangtua, kurang lebih seperti memiliki pegangan hidup. Dalam menyadari eksistensi diri sebagai manusia, kita tak bisa lepas dari yang mendahului kita, bahwa selalu ada yang lebih mengerti, lebih tahu, paham, pengalaman, karena (minimal) lebih lama menjalani hidup sebagai manusia. Begini, dalam sebuah organisasi, kita selalu mengenal, selain peserta penjalan (ini kata benar atau salah ya?) roda organisasi, selalu ada yang namanya dosen pendamping. Nah, peran dosen pendamping untuk organisasi yang sudah mapan biasanya adalah (hanya) alternatif tempat konsultasi atau kurang lebihnya tempat curhat, berkaitan dengan organisasi tersebut. Di HIMA BSI misalnya, sebuah organisasi yang sudah mapan, sudah lama terbentuk, sudah tua, berpengalaman, dan memiliki regenerasi yang konsisten, dosen pendamping, barangkali hanya menangani masalah-masalah yang rumit. Misalnya ketika organisasi yang sudah bisa berkendara motor ini ditilang polisi, atau mengalami kecelakaan yang fatal. Ia tidak...

UKM PECINTA HARI LIBUR

Seorang teman sms saya, sore-sore, begini bunyinya: besok Jum’at libur gak? Waktu itu hari Minggu. Saya tidak balas. Saya curiga, ini pasti akal-akalan teman saya yang lain, yang ikut UKM Pecinta Hari Libur. Dan benar, selang beberapa jam, giliran teman saya yang saya curigai tadi yang sms: bro, besok Jum’at ada kuliah gak? Sebut saja namanya En. Saya terus terang tidak tahu sejak kapan dia mengikuti UKM Pecinta Hari Libur. Yang saya paham, dia sudah tidak ikut organisasi apapun di kampus, kecuali itu tadi. Dia sangat berbakat dalam berbagai hal sebenarnya, misalnya teater, membaca puisi, mengapresiasi puisi, ikut-ikut lomba puisi dan memenangkan lomba tersebut. Di kelas, di rombel kami, dia, atau pendapatnya sering dibikin-bikin teman-teman yang lain, sebagai pendapat yang kontroversial. Padahal sebenarnya dalam forum diskusi yang sering diadakan di kelas, ia tergolong salah satu dari beberapa yang paling aktif. Saya sebenarnya tak habis pikir, mengapa ia mengikuti UKM Peci...

Nyoblos itu Kerja, Men!

Sekitar pukul 07 lebih sedikit, menjelang pencoblosan, saya bilang begini pada ibu saya: “Kalau bisa itu, tidak dapat dari siapa-siapa kok, Buk.” Beliau menjawab begini:“Mencoblos itu kerja, masak tidak dibayar.” Saya spontan ngakak. Hahahaha. Menurutnya, mencoblos itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Misalnya, karena harus berurusan dengan orang luar, maka mau tidak mau harus mandi dulu, dandan dulu, meskipun ibu saya tidak termasuk pengikut ibu-ibu yang hobi menor. Saya kira ibu saya penganut setia filsuf klasik yang menyebutkan bahwa :  time is money . Jadi, waktu harus dimanfaatkan secara baik dan maksimal. Kalau bisa, tak ada waktu luang untuk menganggur. Dan waktu harus selalu memiliki hubungan dengan datangnya lembaran-lembaran yang bernilai angka. Sepenuhnya, sebagai anak, saya paham benar bagaimana ibu saya. Selalu saja begini: “Lha yang kiyai-kiyai saja menjadi tim sukses, dan tugasnya tiada lain adalah membagi-bagi uang agar si bos menang. Apalagi yang...

Persetan itu Persekutuan Sastra, bukan Persekutuan Setan: Dua Tahun Eksis

Bila ada yang bertanya mengapa dipilih judul demikian, maka bertanyalah mengapa namanya Persetan! Selamat ulang tahun yang kedua untuk Persetan! Semoga cepat bisa ngomong dengan jelas. Cepat bisa berlari sendiri tanpa tertatih-tatih lagi. Cepat bisa naik sepeda, dan cepat bisa naik mobil, dan naikin orang...#eh Dua tahun untuk Persetan layak diacungi jempol, kalau jari tengah lagi keseleo. Meskipun gaungnya “lebih” terdengar ketika ada event-event yang “kebetulan” mengundang Persetan untuk nongol di panggung si pengundang, setidaknya dua tahun menjadi bukti bahwa Persetan bisa tetep eksis di blantika musik internasional. Oh, salah Ndes. Blantika komunitas di Unnes. Awal terbentuknya, katanya, karena keresahan para senior yang sebut saja Mas Abu Bakar dan Kang Lutfiar Laeis melihat anak-anak Sastra Indonesia belakangan. Anak-anak sastra yang (barangkali) dianggap anak tiri di jurusan, berkaitan dengan prodi murni, anak-anaknya yang sedikit, akreditasi kalah dari pendidikan, an...

Apa bedanya Wawan dengan Radio?

Siapa yang tidak kenal Wawan Kristiawan Diwangkara? Jawabannya: banyak. Tanyalah pada rektor Unnes, pasti tak tahu. Atau tanyalah rektor Undip, pasti Anda dikira orang sinting. Lantas, mengapa mucul pertanyaan demikian? Iseng-iseng, Ndes! Wawan, bila dinilai dari beberapa sudut pandang, maka ia akan ditempatkan di kursi terhormat sebagai salah seorang tokoh sentral di Sastra Indonesia 2011. Tidak lain tidak bukan adalah karena perannya sebagai “radio berjalan”. Siapa yang bisa mengalahkan radio? Hanya Tuhan dan Bu Raminah. Tingkah lakunya yang tak karuan, berantakan -meminjam penggalan lagu d’masiv-cinta ini membunuhku- dan tak pernah mau mingkem sepersepuluh detik pun menjadikan Wawan sebagai seorang yang layak dianugrahi sebagai seorang Radio-man. Seorang yang pernah mau diam-seperti radio. Jangankan untuk anda yang kenal dengan Wawan, yang tidak kenal saja bisa kewalahan menghadapinya. Misalnya, sebut saja Pak Sendang Mulyana, dosen yang anak sastra lebih suka menyebutnya:...

Surya: Mataharinya Facebook

Banyak orang mungkin berpendapat bahwa Surya, teman kita yang spesial itu, adalah orang aneh, tidak mau berkembang, tidak mau bicara, introvert, kalem, dan yang paling ekstrim adalah: datang dari planet lain. Saya tentu saja geleng-geleng mendengarnya. Tulisan ini tidak akan membahas kekurangan Surya. Karena Surya Buana tetaplah Tertayanta Sang Puisiwan. Saya yakin pembaca yang tidak tahu Surya, penasaran sekali ingin melihatnya secara langsung. Karena saya baik hati dan tidak sombong, maka carilah nama Tertayanta Sang Puisiwan di Facebook. Sang Matahari pasti ketemu. Begitulah, Surya masihlah sosok misterius di antara manusia sastra Indonesia. Saya masihlah ingat ketika kami sama-sama mengikuti mata kuliah Teater. Semua peserta yang hadir memaksanya mengucapkan kata: Diam! “Diam” yang dimaksud di sini adalah dengan nada marah. Jadi, bukan sekedar “diam”, tapi dengan tanda seru: Diam! Atau barangkali ditambah beberapa huruf untuk penegasan: Diiiaaamm!! Nah, ketika sudah beberapa...

UKM RAPAT: Timbangan-Timbangan dan Pandangan Politik

Ide ini terinspirasi dari seseorang, yang adek tingkat saya, Ninuk sebut sebagai Momom eN. Koordinator Departemen Luar Negeri HIMA BSI 2013 ini, suatu kali, dulu, pernah menyebut bahwa HIMA adalah UKM RAPAT. Saya ngakak seketika. Sayang sekali waktu itu di dekat saya tidak ada kursi. Kalau ada, pasti saya gigit. Begini, ungkapan itu tidak ada benarnya-setidaknya menurut saya-kalau kita takut akan dituntut oleh fungsionaris HIMA waktu itu dan sekarang, ketika kita akan mengatakan: itu tidak ada salahnya. Saya memang tak pernah menerima penjelasan resmi dari (Momom) eN. Tapi menurut pikiran saya akan seperti berikut ini: Ketika KKL, saat kunjungan ke Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, saya masih ingat, salah seorang fungsionaris di sana menyebut bahwa HIMA dan BEM atau organisasi lainnya di kampus hanyalah “Event Orgaanizer” bagi kampus. Kegiatannya tak lain hanyalah melaksanakan segala kegiatan yang hasilnya tidak jauh dari pencitraan kampus. Saya berpikir, mencerna un...

Komting: Komandan Sinting

Saya akan merasa tidak adil bila mengkritik orang, tapi tak menyadari kekurangan diri sendiri. Meskipun saya menyatakan demikian, tapi tulisan ini sama sekali tak mengkritik seorang komting. Menurut KBBS : Kamus Besar Bahasa Sinting, Komting kependekan dari Komandan Ranting. Kemudian marilah kita analisis maknanya. Komandan, dalam banyak pengertian maka akan mengerucut pada arti: seseorang yang menempati posisi pimpinan, seorang ketua, atau kepala suatu kelompok. Misalnya Komandan Menwa, sebagai ketua UKM Menwa: Resimen Mahasiswa. Lalu Ranting. Ranting, dalam kamus yang benar-benar kamus berarti: bagian cabang yg kecil-kecil; cabang dr cabang. Dalam pengertian suatu kelompok di masyarakat, ranting berarti suatu anggota, atau bagian dari anggota suatu kelompok. Nah, jelaslah sudah, Komting dalam arti sebenarnya yang tidak diplesetkan, berarti koordinator, atau ketua suatu kelompok tertentu. Dalam hal ini, kalau kita membicarakan sebuah kelompok perkuliahan, maka komting berart...

Presiden Republik Linguistik

Bukan! Bukan tentang dosen. Saya takut mengkritik dosen. Nanti nilai saya jelek, Men! Apalagi mengkritik kampus, bisa-bisa saya mampus! Tahun 2013 adalah tahun yang cukup istimewa untuk prodi Sastra Indonesia. Pada tahun itu, untuk pertama kalinya-setahu saya- mahasiswa yang yang memilih konsentrasi linguistik lebih banyak dari sastra. Tahun 2012 saja, angkatan sastra 2010 semuanya memilih konsentrasi sastra. Pada tahun berikutnya, dari sekitar 50 mahasiswa angkatan sastra 2011, hanya 13 yang memilih sastra, dan sisanya linguistik. Marilah kita selidiki versi penyelidikan orang awam. Kita tahu, bahwa dua dosen wali angkatan 2011 adalah dosen yang lebih banyak belajar dan mengajar linguistik. Meskipun menjelang pemilihan konsentrasi dosen-dosen itu memang netral dan benar-benar tidak mengunggulkan linguistik dari sastra, namun secara psikologis para mahasiswa sastra angkatan 2011-yang banyak dosen menyebut sebagai angkatan yang berbeda dari sebelum-sebelumnya- sepertinya terstigm...

Tentang Malam Minggu, dan Antara Malam yang Sibuk dan Menyenangkan

Malam Minggu, sejatinya tidak ada bedanya dengan malam-malam yang lain. Misalnya malam Jum’at, malam Jum’at Kliwon, atau malam Jum’at Wage. Semuanya sama-sama malam, dan, langit, sama-sama gelap. Nah, yang membedakan malam Minggu dengan malam-malam yang lain, adalah, bahwa, beberapa Minggu lalu, sebelum April ini, setiap malam Minggu, seringkali hujan. Ini beda tanggapan dalam berbagai kalangan, bisa mahasiswa dan bukan mahasiswa. Para mahasiswa yang sudah punya gandengan atau yang sok punya gandengan, biasanya menghadapi malam Minggu dengan menghabiskan waktu dengan gandengannya. Dan, ketika diminta komentar tentang malam Minggu bagi kita, para jomblowan jomblowati, biasanya mereka nyinyir. “Kalau malam Minggu hujan, berarti do’a mereka diijabah.” Begitu kira-kira mereka menghubungkan jomblowan jomblowati dengan malam Minggu yang hujan. Biasanya ini ulah para cocoters yang masih mahasiswa, atau sudah mahasiswa. Padahal, sejatinya, kaum jomblo tidak pernah mempermasalahkan merek...

TANGGAPAN DAN MAAF ATAS STATUS YANG DILARANG DI SEBUAH AKUN FACEBOOK: (KARENA) MEDIA

Tujuan awalnya adalah “agar dianggap peka”. Sebagai media, harusnya kan peduli dengan isu-isu sekitar, mengerti, dan menanggapi dengan cara berada di tengah-tengah. Mungkin di sinilah kesalahannya. Keinginan “berada di tengah-tengah” sebagai perantara antara yang pro dan kontra, ternyata dianggap gagal, karena dalam menuangkannya terlalu vulgar dan gamblang, dan tanpa sensor sama sekali. Awalnya saya memang bertanya dulu kepada penyiar lainnya, katanya: “Terlalu berat untuk Atensi Kamu.” Sebenarnya dia juga sudah membuatkan status yang santai dan saya menganggapnya “biasa-biasa saja”. Dan benar, tidak ada yang komen. Setelah status yang (dianggap) kontroversial itu benar-benar diupdate, ternyata berbagai komentar nongol di kolomnya. Pandangan-pandangan bermunculan, ada yang pro dengan status, tapi banyak yang kontra. Barangkali memang “terlalu vulgar” karena tak ada penyensoran sama sekali. Nah, yang menjadikan sedikit yakin tidak ada masalah dengan status tersebut adalah, bebe...

MU (Masih) Terkungkung

Gambar
Hingga akhir babak pertama, Bayern Munchen terus mengungkung pertahanan Manchester United dengan 73 persen penguasaan bola. MU dipaksa terus bertahan dengan sesekali menyerang. Meskipun beberapa kali MU sempat menciptakan peluang dan satu peluang emas Danny Welbeck, namun hingga akhir babak pertama skor masih 0-0 untuk kedua tim. Berikut adalah laporan yang dilansir dari KOMPAS.COM: MANCHESTER, KOMPAS.com - Manchester United (MU) bermain imbang tanpa gol dengan Bayern Muenchen hingga akhir babak pertama pada leg pertama perempat final Liga Champions di Stadion Old Trafford, Selasa atau Rabu (2/4/2014) dini hari WIB. Bayern mencoba mengambil alih permainan pada menit-menit awal laga. Akan tetapi, dalam sebuah kesempatan pada menit ketiga, MU sebenarnya mampu menceploskan bola ke dalam gawang Bayern melalui Danny Welbeck. Akan tetapi, gol tersebut dianulir oleh wasit karena Welbeck dianggap lebih dulu melakukan pelanggaran karena mengangkat kaki terlalu tinggi saat berusaha...

Cinta Setengah Mati vs Cinta Setengah Hati?

Apa yang kamu pikirkan tentang cinta setengah mati? Dan, apa yang ada di benak kamu kalo kamu dengar orang bilang cinta setengah hati? Ciiiaat...!! Meskipun kalimatnya cuman beda satu huruf, ternyata artinya sangat berlawanan lho..... Kalo kamu saat ini orang yang sedang dilanda cinta setengah mati, kamu akan menjadi orang yang sangat penakut. Bahkan ketakukanmu ini mengalahkan ketakutanmu bila melihat hantu. Kok bisa?? Soalnya, kamu bakal takut banget ada apa-apa sama si do’i. Kamu bakal takut si do’i nyeleweng, kamu bakal takut si do’i smsan sama cewe ato cowo lain, dan yang paling membuat kamu bakal bener-bener “setengah mati”, kamu itu takuut banget ditinggalin sama do’i. Sama seperti Arifa, mahasiswi tingkat akhir IAIN Walisongo Semarang itu ngaku bakal sakit hati banget kalau harus berpisah dari cowonya sekarang. Cewe yang baru menemukan cinta pertamanya ini berharap banget cinta yang ini bakal menjadi cinta terakhirnya. Dan kalau ditinggal? “Wahh pokoknya bakal sakiit dal...