Komting: Komandan Sinting


Saya akan merasa tidak adil bila mengkritik orang, tapi tak menyadari kekurangan diri sendiri. Meskipun saya menyatakan demikian, tapi tulisan ini sama sekali tak mengkritik seorang komting.
Menurut KBBS : Kamus Besar Bahasa Sinting, Komting kependekan dari Komandan Ranting. Kemudian marilah kita analisis maknanya. Komandan, dalam banyak pengertian maka akan mengerucut pada arti: seseorang yang menempati posisi pimpinan, seorang ketua, atau kepala suatu kelompok. Misalnya Komandan Menwa, sebagai ketua UKM Menwa: Resimen Mahasiswa. Lalu Ranting. Ranting, dalam kamus yang benar-benar kamus berarti: bagian cabang yg kecil-kecil; cabang dr cabang. Dalam pengertian suatu kelompok di masyarakat, ranting berarti suatu anggota, atau bagian dari anggota suatu kelompok.
Nah, jelaslah sudah, Komting dalam arti sebenarnya yang tidak diplesetkan, berarti koordinator, atau ketua suatu kelompok tertentu. Dalam hal ini, kalau kita membicarakan sebuah kelompok perkuliahan, maka komting berarti ketua kelas perkuliahan tersebut.
Sekarang, mari kita lihat tugas komandan UKM Menwa. Komandan, dalam banyak hal akan mengkoordinir anggotanya, memberi masukan, memberi komando, dan memberikan perintah kepada anggota-anggotanya.  Komandan sebagai penanggung jawab anggota-anggotanya.
Bandingkan sekarang dengan Komting. Oke, sebelumnya marilah kita sisihkan Komandan UKM Menwa, karena memang sedang sibuk mengurusi tawuran di hatinya. Anggap saja kita tak pernah membahasnya.
Komting, dalam sebuah kelas perkuliahan, sering dan bahkan selalu sebagai alternatif penerima mandat dari siapapun: dosen, sesama temannya, dan dari dirinya sendiri. Komting, sebagai manusia sukarela tanpa bayaran, yang dalam hal ini lebih cocok disebut abdi dalem kelas menjadi manusia yang paling sering disuruh seperti TKI di Arab Saudi. Sebagai pesuruh kelas tanpa penghormatan. Ia seringkali menjadi orang yang paling kalah, karena selalu disuruh-suruh tanpa bisa melawan.
Komting bukan komandan yang memberikan perintah kepada anggota, tapi justru orang yang selalu diperintah anggotanya. Orang yang paling layak diperintah oleh anggotanya. Komting adalah manusia yang dilahirkan untuk disuruh, mengalah dan kalah, sekalah-kalahnya. Dan Komting hanya bisa mengelus dada, entah dadanya rata atau menyembul, komting hanya bisa pasrah.
Ayo kita cari kambing hitamnya, mengapa komting bisa demikian tragis nasibnya!
Kambing hitamnya adalah dosen. Dengan lantang saya katakan dosen. Dosen. Dan dosen. Mengapa?
Siapa yang pertama kali menyuruh mengambil presensi? Dosen. Siapa yang menyuruh mengumpulkan tugas di meja dosen? Dosen. Siapa yang biasa ditugasi dosen untuk meng-sms-seluruh manusia sedunia? Dosen. Siapa yang.......? dosen. Siapa yang....? dosen.
Karena ulah para dosen yang kurang, dan (barangkali) tidak memiliki empati itulah menjadikan komting sebagai alternatif pesuruh kelas. Karena para mahasiswa terbiasa melihat komting disuruh-disuruh dosen untuk berbuat apa saja: mengambil presensi, mengumpulkan semua tugas makhluk bumi ke meja dosen, DENGAN SENDIRINYA MENCIPTAKAN PERSEPSI bagi seluruh mahkluk di bumi bahwa tugas komting memang demikian. Komting memang abdi dalem kelas. Komting memang budak kelas, yang tugasnya disuru-suruh.
Namun, perlu diklarifikasi bahwa, memang tidak semua dosen demikian. Bu Uum (yang orang sebut sebagai dosen alay, kalau melihat foto di fesbuknya) misalnya. Dosen keren itu tidak melulu menyuruh komting. Dalam banyak perintah, bahkan ia lebih sering menyuruh Wawan sang radio-man, bila di kelas saya. Lalu Pak Hari Bakti. Dosen bertubuh gempal itu,   pernah suatu kali membela komting (tiga tahun lalu), ketika salah seorang mahasiswa menyuruh komting, hanya untuk mengambil penghapus. Penghapus, Men! Mosok kudu komting!
“Yo jangan komting semua. Masak Cuma penghapus harus komting!” begitu kira-kira kata dosen yang banyak mengajar seputar kelinguistikan itu.
Begitulah nasib Komandan Ranting di kelas. Orang yang semula normal, bisa menjadi sinting gara-gara menjadi komting. Orang yang waras, bisa stres bila sudah dicap sebagai komting, yang, tugasnya disuruh-suruh terus menerus. Kalau komting tidak sabar, bisa saja ia membunuh para anggotanya. (kalau TKI kan membunuh majikannya)
Sebenarnya bukannya tidak mau disuruh. Bukannya tidak ikhlas. Bukannya tidak bersedia berkorban demi teman-teman. Sebagai seorang yang menghormati dosen dan menyayangi teman, komting sangat rela melakukan hal-hal tadi. Namun, sebagai dosen hendaknya dosen tidak melulu menyuruh komting, dan sebagai mahasiswa, hendaknya mahasiswa jangan melulu bergantung pada komting. Kalau komtingnya besok wafat, piye jal? Sedih?? Sedih karena tidak ada lagi yang disuruh, pasti ya? Oooo.. Gathel!

SOLUSI
Salah satu solusinya adalah hendaknya pada awal-awal pertemuan, dosen memberikan beberapa patah kata pada rakyat jelata, bahwa tugas komting hanya mengkoordinir, atau sebagai alternatif penyambung pesan ketika dosen tidak bisa masuk kelas karena suatu hal. Tugas komting adalah penyambung lidah dosen, ketika ada tugas dari dosen terkait yang tidak bisa hadir. Ya, hanya sebagai alternatif penyambung lidah dosen ketika ada sesuatu yang genting, yang memang harus dipegang satu orang. Tidak lain tidak lebih.
Dan, mahasiswa hendaknya menyadari, kalau memang masih sadar dan waras, bahwa komting hanya sebagai penyambung lidah dosen ketika si dosen ada halangan masuk kelas. Sehingga mengambil presensi, mengumpulkan seluruh tugas makhluk di bumi itu sama sekali bukan tugas komting. BUKAN TUGAS KOMTING!. KUI TUGASMU KABEH, NDES! SADAR PORA NDES?  TAK SUNATI GELEM? WANI BANTAH? AKU PATENANO!
Hahaha. Sante wae ndes. Itu tidak guyon.haha
Barangkali yang lebih layak menerima predikat Pahlawan Tanpa Tanda Jasa zaman sekarang adalah Mas dan Mbak Komting di seluruh jagat raya. Karena zaman sekarang, guru sebagai makhluk yang seringkali disemati predikat Pahlawan Tanpa Tanda Jasa justru kerap berdemo untuk diangkat menjadi PNS, yang, tentu akan mengurangi nilai kepahlawanannya.  Dan bab Guru akan dibahas pada waktu yang akan datang, kalau sempak, eh, sempat maksudnya, Ndes!
Begitulah, kalau Anda waras dan ingin sinting, maka jadilah Komting. Apalagi Anda masih ikut berbagai macam organisasi, misal HIMA, UKM Menwa, Teater, ormas Islam luar: PMII, HMII, dan masih ditambah dengan ketua KKN misalnya, kemudian ditambah dengan pangkat KOMTING di pundak kanan. Maka, Anda akan semakin cepat menjadi Komandan Sinting.
Sebelum tulisan ini ditutup, saya secara tidak resmi, dengan ini, kalau bisa, mengundurkan diri sebagai komandan sinting: komting. Karena beberapa hari lagi, saya berencana pergi ke Palestina untuk menjadi relawan di sana. Saya rencananya akan wafat di sana secara khusnul khotimah.
Sebelum ditutup, lagi, saya (sebagai perwakilan mahasiswa yang baru saja sadar) ingin meminta maaf pada komting empat semester di rombel 1 sastra: Wisnu W(edok ;haha) karena dulu, kami sering melecehkan dan memang suka nyuruh-nyuruh berkaitan dengan statusnya sebagai komting. Sekarang saya sadar, menjadi komting itu Pahlawan Tanpa Tanda Jasa versi AKSSI. Terima kasih.
Selamat menjadi Komandan Sinting!
Salam,
Koordinator AKSSI (Aliansi Komting Sinting Seluruh Indonesia)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persiku Junior Lolos 12 Besar Piala Soeratin Jateng

Tentang Malam Minggu, dan Antara Malam yang Sibuk dan Menyenangkan

Daftar Pesepakbola dan Pelatih dengan Penghasilan Tertinggi