Cita-cita
“Sebenarnya kamu ini maunya jadi apa?” “Jadi pengangguran.” “Lha ndasmu. Orang-orang yang nganggur saja pengen kerja, kamu yang kerja kok pengen jadi pengangguran.” “Lha yo ben. Terserah saya.” “Cah gendeng.” “Enggak gitu. Aslinya, orang-orang yang nganggur itu memang nggak mau kerja, bukan nggak dapat pekerjaan. Ada banyak pekerjaan, cuma nggak mau nggarap saja.” “Lha itu kan omonganmu yang kamu ini pekerja.” “Enggak. Mereka gengsi.” “Ya itu kan memang problem bangsa ini. Tapi kamu ini kok setiap hari mengeluh terus. Kerja ini ngeluh, kerja itu ngeluh.” “Lha kan memang saya ingin jadi penganggur. Lebih bebas.” “Lha yo sana resign lagi” “Tapi rak enak ee, wingi nembe wae bar resign, mosok resign neh. Ewuh sama Tuhan. Wes mengabulkan doaku terus.” “Lha yo ojo ngeluh to le.” “Tapi yo memang ngono kok. Aku mumet, mbendino dikejar garis kematian. Sedino dijatah piro, aku entuke piro. Rak enak nda janda.” “Jare cita2mu dadi tukang golek berita.?” “Lha yo, tak kiro tinggal me...