Terkait "People Power", Begini Dawuh Tokoh di Rembang
DOK. BANG-ANDREW. GUS ZAIM |
HARAP TENANG: Gus Zaim saat ditemui di kediamannya
kemarin.
REMBANG - Isu “people power” atau gerakan massa
dalam beberapa minggu terakhir menjadi perbincangan nasional. Yakni aksi massa terkait
tidak terimanya sebagian masyarakat terhadap hasil rekapitulasi KPU RI yang
akan diumumkan pada 22 Mei 2019 mendatang. Atas isu tersebut, sejumlah tokoh di Kota
Garam memberikan tanggapannya.
Pengasuh Pondok Pesantren Kauman Lasem, Zaim Ahmad
Ma'shoem menyebut gerakan “people power” melampaui batas. Sebab, sudah ada
jalur hukum sesuai dengan mekanisme yang berlaku.
"Gerakan yang bersifat masif menurut saya itu
kurang pas. Karena semua ada mekanisme KPU, ada mekanisme Bawaslu," katanya
saat ditemui di kediamannya, Selasa, 14 Mei 2019.
Tokoh yang akrab disapa Gus Zaim itu menyatakan,
masih adanya mekanisme yang bisa ditempuh, hendaknya tidak membuat sebagian
masyarakat itu keluar dari koridor hukum. Menurut Gus Zaim, jika hanya sebatas
himbauan, tentu tidak masalah.
"Namun jika menggerakan massa di salah titik
(tempat untuk protes dan sebagainya, menurut saya itu terlalu keblabasan. Dan
itu tidak sesuai," tambahnya.
Sementara itu, Ketua MUI Rembang Munif Muslich
menyebut, masyarakat arus bawah diharapkan taat hukum yang berlaku di
Indonesia. Agar nantinya tidak terjadi gejolak di kalangan masyarakat luas.
"Menurut saya ‘people power’ itu kan gerakan
masyarakat untuk menuju sesuatu (tujuan tertentu). Namun itu juga berkaitan
dengan hasil Pemilu," terangnya menyikapi perkembangan isu di masyarakat
belakangan ini.
Munif Muslich mengutarakan bahwa people power ialah
gerakan massa untuk melakukan sesuatu dan demi meraih suatu keinginan tertentu.
Ia menilai, saat ini pelaksaaan pemilu tahun 2019 ini sudah berjalan sesuai
aturan yang ada. Baik mulai dari persiapan dan pelaksanaannya sendiri.
"Sebenarnya aturan (pemilu) itu sudah lengkap
sekali. Mulai dari pra pemilu, pelaksaaan, dan hasil (pemilu) diatur sedemikan
rapi dan lengkap. Sehingga kita tinggal menunggu hasilnya saja,"
tambahnya.
Munif pun mengimbau kepada masyarakat supaya bisa
selalu mematuhi aturan dan hukum yang berlaku. Sebab, Indonesia merupakan
negara hukum yang segala sesuatunya diatur secara hukum. Jika masyarakat tidak taat
hukum, bisa memicu gesekan. Apa pun hasilnya, dia pun mengimbau hendaknya
masyarakat legowo. (andrw)
Komentar
Posting Komentar