Peradaban Tanpa Adab
by Ahmad Mbarik
Ciri sederhana yang menandakan seseorang, kelompok, golongan
atau bahkan masyarakat tersebut memiliki sejarah peradaban adalah tertanamnya
budaya sopan-santun yang dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah unggah-ungguh.
Ahmad Mbarik foto: facebook |
"Sekarang bukan zaman kerajaan, bro...duduk sama rendah
berdiri sama tinggi, kesetaraan kita di mata hukum sama apalagi di mata Tuhan,"
begitu cuitan dia.
Remaja itu secara tak langsung menunjukkan karakter dirinya
bahwa dia tak paham sejarah. Masyarakat Jawa memiliki naluri menghormati orang
tua layaknya raja. Naluri ini terbentuk dari kebiasaan orang zaman dulu yang
hormat pada raja, raden, kanjeng ratu, adipati dll.
Kebiasaan yang dilakukan secara masif kemudian menjadi
budaya. Budaya yang diajarkan turun menurun kemudian menjadi karakter. Karakter
inilah yang kemudian menjadi ciri golongan tertentu. Meskipun sama-sama Jawa,
antara Jogja dengan Solo beda karakternya. Apalagi dengan Jawa Timuran.
Dengan kejadian tersebut kemudian muncul pertanyaan, "Ada
berapa banyak remaja Indonesia yang tak mengenal sejarah peradaban bangsanya? Jika
ini berlangsung terus menerus tanpa ada upaya menyadarkan mereka akan
pentingnya sebuah karakter maka bisa dibayangkan Indonesia masa mendatang tak
akan punya pondasi yang kuat untuk menjadi sebuah bangsa. Yang Bugis lupa
karakter Bugisnya, yang Melayu pun sama, Sunda, Jawa. Makanya orang Jawa punya
istilah "Wong Jowo ilang Jawane".
Orang Jawa tapi gak punya karakter Jawa. Tidak tahu adat
istiadatnya, budayanya, sejarahnya. Seberapa pentingkah sebuah karakter dalam
menciptakan peradaban ?? Mari kita bahas di sinau bareng "Peradaban tanpa
Adab."
Komentar
Posting Komentar