Bulan November dan Hal-hal Lain Tentangnya

Saya lupa kapan terakhir kali dalam sebulan hanya pulang kampung sekali. Yang saya ingat, sejak menggarap skripsi pada awal 2015 lalu sampai bulan Oktober 2018 kemarin, saya selalu menengok rumah Gayas Ringinharjo paling lama sekali dua pekan. Tetapi begitulah, untuk pertama kalinya setelah itu, saya hanya pulang sekali di bulan November 2018 ini. Yaitu pada Kamis malam tanggal 1 November lalu dan baru balik ke perantauan pada di tanggal 4-nya. Ya, setelah itu baru pulang lagi di bulan Desember, meskipun hingga tulisan ini ditulis belum pulang, hehe.

Hanya sedikit manusia di dunia ini yang tahu jika saya punya tanggal lahir di bulan November. Haha, tapi itu tak penting. Yang terpenting, saya sudah lama tak menulis curhat panjang tentang hidup ini.
Adapun di tanggal 4 November itu, juga pertama kalinya setelah dua bulan “dibuang” (haha) ke Rembang saya memilih lewat Blora dibanding lewat Kudus. Meskipun saya tahu itu keputusan konyol, tetapi saya rasa pengalaman itu patut dicoba juga.

Ya, sebagaimana banyak orang tahu, jarak yang saya tempuh lebih panjang sekitar satu setengah kali lipat. Bila biasanya Gubug (bagian Ringinharjo,red)-Rembang “hanya” ditempuh dengan jarak 2,5 jam, lewat Blora ternyata sampai 4 jam. Walaupun ditambah dengan istirahat sejenak, sih. hehe.
Melewati Blora membuat saya mengenang almarhumah Ghaalin Rahmatika, teman di Sastra Indonesia Unnes dulu yang meninggal karena penyakit jantung. Ya, kebetulan dia wafat di bulan Desember 2015 lalu dan berarti Desember ini adalah tahun ketiganya.
Waktu itu, di tahun 2013, kami punya proyek untuk sebuah mata kuliah dengan tugas akhir membuat film pendek dokumentasi. Bertiga bersama Amalia Ulfah (yang kini berganti menjadi Amar Alfikar) serta dibantu oleh Mbak Alif yang juga dari Gubug, kami mendokumentasikan warga Samin Klopoduwur Blora. Begitulah...
Dan entah mengapa, saya merasa punya banyak hutang dengan Ghaalin karena, dia pernah meminta fotonya yang kebetulan terjepret oleh kamera saya tapi hingga wafatnya belum saya kasih. Selain itu masih banyak hal-hal lain yang mmebuat saya merasa punya hutang. Sedih, bro.
Begitulah..

Hari-hari berikutnya terlalui dengan pencarian berita sana-sini sebagaimana biasa...

Ohya, di tanggal 9, hari nganu itu, haha, saya kembali merasakan “nasib” kehujanan malam-malam dengan motor. Saya lupa merasakannya pertama kalinya. Tapi malam itu, untuk diketahui saja, saya habis mengikuti pengajian ngiras-ngirus nyimak kemudian menuliskannya (liputan, red) di BMT Bus di Lasem. Ya, perjalanan pulang ke Rembang kota agak dipenuhi drama hujan deras, bung. haha.  
Minggu di tanggal 11, saya ke Semarang untuk menghadiri resepsi pernikahan Fikki, teman baik di REM FM-radionya Unnes dulu. Kesempatan itu ternyata juga menjadi ajang reuni kecil dengan Zakki Faried mantan direktur REM FM serta Osie, dan “pasangan emas” Mas Hepi-Mbah Erni. hehe.
Fikki, sebagaimana yang diketahui angkatan REM FM 2012..... hehe... nggak jadi ditulis. haha.

Hari-hari itu berlalu dan tibalah tanggal 19. Ya, tanggal jalan-jalan ke Dieng bersama Radar Semarang. Kami rombongan Rembang berangkat Sabtu malam dan menginap di kantor Kudus.
Paginya, sebagaimana rakyat tahu, kami berangkat ke Dataran Tinggi Dieng.
Tentu saja ada banyak cerita sepanjang perjalanan pergi dan pulang dari sana. Tapi yang harus tercatat dalam buku sejarah adalah keberhasilan mengambil gambar berdua di tempat menakjubkan  bersama admin Biro Jepara, HAHAHAHAHAHA. Bercanda ya coy.
PENCAPAIAN, LURS: HAHAHAHAHAHAHAHAHA


Sebenarnya, jujur, cukup lama saya memendam hasrat ingin ke Dieng. Saya tak menyangka kalau wilayahnya seluas itu. Ada banyak tempat menakjubkan untuk dipelajari, selain tentu untuk poto-poto.
Yang paling nyesek sebenarnya adalah, hingga tulisan ini ditulis, oleh-oleh dari Dieng belum sampai di rumah Gayas Ringinharjo. Yaampun....
Oke, kita lompat ke tanggal 22, atau dua hari pascapulang dari Dieng. Ada apa? Ada UKW, uji kompetensi wartawan.
Saya sebenarnya mau izin saja untuk tidak ikut agenda ini. Secara, meskipun diri saya berada di Semarang, tapi tetap tanggungjawab kirim berita harian. Kan berat. Tapi bagaimanapun semua sudah selesai. Tiga hari terlampau dengan baik sentosa...

Yang entah publik perlu tahu atau tidak, agenda UKW itu digagas oleh Pemkab Rembang bersama Semen Gresik. Iyab, bersama semen. Sekali lagi, ya, bersama semen. Haha.
Ya, yang harus digarisbawahi adalah acara itu juga digagas oleh Humas Pemkab Rembang. Jadi, ya gitu deh. Haha.
Acaranya sampai tanggal 24 sore, dan kami bersama 9 wartawan lain kembali ke Kota Garam pada malam minggu. Yap, begitulah.

Adapun Minggu pagi di tanggal 25 ada acara pelatihan menulis di lantai 4 aula setda Rembang. Yang istimewa adalah pembicaranya. Adalah putri mantan menteri Rizal Ramli, Dhitta Puti Sarasvati. Ya, sudah, begitu saja sih. haha
Sebenarnya saya sudah agak ayem karena sepertinya saya bisa pulang pada akhir November di tanggal 30 ini, tepatnya di hari Jumat malam. Eh, malah pertengahan pekan ada agenda “jalan-jalan” ke Kudus, kantor Kudus, bersama Humas Rembang. Ya, gitu, bro, gagal pulang lagi.
Yang perlu netizen tahu, secara pribadi, saya tidak masalah pulang dua bulan sekali, tiga bulan sekali. Setahun sekali pun juga saya tak masalah. Yang menjadi masalah adalah ibu saya yang terus-terusan minta saya pulang. hehe. Jadi, mengapa saya rajin pulang itu karena demi ibu saya. hehe.
Ya, selama ibumu ada, turuti kemauannya selagi dirimu bisa. Bukan begitu, netizen yang budiman?

Sekian terima kasih, Selamat Malam Minggu! 1 Desember 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persiku Junior Lolos 12 Besar Piala Soeratin Jateng

Tentang Malam Minggu, dan Antara Malam yang Sibuk dan Menyenangkan

Daftar Pesepakbola dan Pelatih dengan Penghasilan Tertinggi