Ambyarnya Atap Stadion Wergu Wetan Pertanda Apakah?
Ambyarnya atap Stadion Wergu Wetan pada Selasa, 06 November
2018 sore sudah tentu tak ada hubungannya dengan kepindahan Redaksi
BANG-ANDREW.COM dari Kudus ke Rembang. Lalu karena apakah?
foto: Mas Doni Radar |
Selama kurang lebih dua
tahun penulis menjadi striker (halah, haha) halaman Sportainment RK, terhitung sejak
September 2016 hingga Agustus 2018, hal-hal mengenai stadion tak sampai lima
kali menghiasi halaman depan. Yang paling teringat adalah ketika renovasi masih
dalam tahap rencana pada akhir 2017 lalu. Ya, ketika masih rencana.
Kendati perkembangan renovasi nyaris di-update setiap bulan,
namun beritanya hanya menghiasi halaman Kudus saja-alih-alih seharusnya mengisi
halaman Sportainment (hehe). Mungkin karena itulah, Stadion Wergu Wetan Kudus
itu ingin menunjukkan keeksistensinya bahwa dirinya, dan hal-hal berkenaan
dengan dirinya layak menghiasi halaman depan, atau diberi perhatian khusus.
Tetapi penulis tidak ingin serius-serius membahas persoalan
tetek-bengek Stadion Wergu Wetan. Penulis hanya berharap, Persiku di musim 2020,
atau paling lambat 2022 sudah berlaga di Liga 2. Bersama Persijap Jepara dan
PSIR Rembang. Biar ramai, dan polisi kerja lebih keras. Hehe. Meskipun itu sulit terwujud.
Kembali ke ambyarnya atap Stadion. Setelah kejadian itu,
sudah tentu seharusnya ada yang menelisik, apakah spesifikasi material dan
hal-hal lain sudah sesuai dengan standar? Apakah ini dan itu sudah sesuai
dengan yang seharusnya? Mengapa sampai atap yang baru saja dipasang itu ambyar?
Ya, semoga semuanya benar-benar sesuai, sih... hehe. Sehingga ambyarnya atap
Stadion memang kejadian yang sudah seharusnya terjadi karena angin demikian kencang.
Pendapat pribadi penulis, ambyarnya atap Stadion semoga
menjadi pertanda, bahwa Persiku sebenarnya lebih ingin memiliki stadion baru.
Bukan Stadion Wergu Wetan yang direnovasi. Haha. Pendapat pribadi lho ya.
Siapa tahu, tahun 2025 nanti Persiku bisa menembus Liga 1.
Stadion Wergu Wetan mau direnovasi habis Rp 200 M juga rasa-rasanya, mohon
maaf, agak mubazir. Kenapa? Kawasan sekitar yang sudah sangat padat. Sehingga
pengembang akan sulit membuatnya lebih besar dan megah.
Usul pribadi, sebagai seorang yang pernah sangat
menggantungkan “hidup” dengan eksistensinya Persiku (karena pemberitaan,
maksudnya), pembangunan stadion baru sudah selayaknya bisa terwujud. Kembalinya
Bapak Persiku diharapkan tidak hanya mengembalikan kejayaan Macan Muria, tetapi
juga sekaligus mengukir sejarah membangun stadion baru berkelas minimal Liga 1,
atau minimal layak menggelar laga internasional.
Bila mimpi stadion baru bisa terwujud, rasa-rasanya kok,
semoga, tidak ada yang protes, bila namanya nanti adalah Stadion Gelora M. Tamzil.
Umpamnya ini lho. Seandainya.
Dikutip dari Suara Merdeka halaman Kudus, pada Selasa, 6
Juli 2018, Bupati Kudus M. Tamzil memang masih punya mimpi membangun sport
center di Desa Bae Kecamatan Bae dengan sebuah stadion megah. Hal itu bahkan sudah
menjadi mimpi sang bupati ketika menjabat pada periode 2003-2008 silam.
lihat link di bawah ini.
Semoga, ambyarnya atap stadion yang sedang direnovasi itu
memang menjadi pertanda, bahwa stadion yang menurut beberapa orang yang penulis
tanyai memiliki desain agak aneh itu diperuntukkan untuk gelanggang remaja
saja. Sedangkan untuk Persiku, dibangun stadion baru di Desa Bae, Kecamatan
Bae. Meskipun prosesnya butuh waktu yang panjang dan dana yang tak sedikit.
Dana yang diwacanakan mencapai Rp 1,2 T. Waow.
Semoga.
Tabik.
Komentar
Posting Komentar