Dikirab dengan CB tahun 70 dan 10 Dokar
Tradisi Nganten Mubeng di Masjid Wali Loram Kulon
atau masjid At-Taqwa kemarin (8/9) diwarnai sesuatu yang unik. Pasangan Alif
Syafii, 23, dan Nur Annisa, 20, datang
dengan dikirab dengan mendendarai mobil jenis VW klasik tahun 70-an berwarna
biru diiringi dokar.
Kirab diawali dengan motor CB klasik tahun 70-an
sebanyak enam buah, kemudian diikuti pasangan menikah, dan di belakangnya 10
dokar yang dikendarai oleh puluhan sanak saudara. Sekitar pukul 12 siang kirab
mulai memasuki area masjid. Mobil yang dikendarai pasangan berhenti tepat di
depan gapura wali.
Kedua pasangan turun, lalu dilanjutkan memasuki
gapura barat sembari mempelai pria memasukkan uang sedekah ke kotak jariyah. Diikuti
oleh keluarga besar, keduanya lalu mengisi presensi yang sudah disediakan kemudian
keduanya foto-foto. Mempelai melanjutkan dengan keluar dari gapura barat dan
berfoto di depan mobil VW katak-nya.
Di sela-sela sesi foto, Alif yang merupakan warga
Loram Kulon itu mengungkapkan, dia ingin sesuatu yang berkesan di acara
pernikahannya. Dia merupakan penggagas ide kirab unik tersebut.
“Saya ingin pernikahan yang sekali seumur hidup ini
bisa dikenang dengan sesuatu yang unik. Belum pernah melihat yang seperti ini,
jadi saya ingin sesuatu yang berbeda,” ungkap dia.
Dia mengaku mendapatkan mobil dan juga motor
klasiknya itu dari temannya yang bergelut di komunitas. “Kebetulan saya punya
teman komunitas, jadi ini modalnya itu,” katanya.
Sementara itu, Nur Annisa yang merupakan warga Jati
Kulon itu senang dengan ide unik suaminya itu. Dia mengikuti saja apa yang
diinginkan suami. “Ikut dukung sajalah ide suami. Ini memang sesuatu yang
berbeda,” kata dia.
Tradisi Nganten Mubeng sudah menjadi sesuatu yang
cukup sakral di kalangan masyarakat Loram Kulon. Sering terjadi sesuatu yang
aneh ketika seseorang yang masih berhubungan dengan Loram Kulon tidak
menjalankan tradisi ini.
“Pernah jam 12 malam, ibu-ibu dari Kediri datang
dengan ketiga anaknya mengitari Gapura Wali itu,” cerita Pak Afroh, salah satu
juru pemelihara masjid.
Kepada warga setempat, ibu-ibu itu bercerita
bahwa dirinya yang hanya hidup dua tahun di Loram Kulon, sering bermimpi
dikejar sesosok di Masjid Wali ini. Sebab itu, dia akhirnya datang ke masjid
itu dan mengitari gapura sesuai adat setempat.
Komentar
Posting Komentar