Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

Obrolan Tukang Becak

Sembari menunggu salah seorang peserta IMABSII yang menunda tiket keretanya, saya iseng-iseng tanya-tanya sama bapak-bapak si tukang becak. Tempat dan waktu kejadian perkaranya adalah di sekitaran stasiun Poncol, sekitar pukul  11.00 WIB, Kamis, 29 Mei 2014. Pertama-tama saya basa-basi tanya-tanya tentang bagaimana penghasilan jadi tukang becak. Paling banyak berapa, paling sedikit berapa. Menurut penuturan bapak-bapak yang belakangan saya tahu namanya Heru ini, paling sedikit ya “blong”. Alias nol rupiah. Nah, kalau lagi rame, bisa ratusan ribu sehari. Akunya. Setelah beberapa pertanyaan iseng-iseng itu, saya lebih iseng-iseng lagi tanya-tanya tentang ekonomi keluarganya. Ternyata Bapak 2 anak ini, kurang berkenan kalau disebut berkecukupan. Ia justru menjabarkan semacam ini: “Kebutuhan orang kan selalu ada. Ya ada-ada saja kebutuhannya.” Setelah diam sebentar, saya lebih iseng-iseng lagi, tanya tentang siapa calon presiden yang akan dipilihnya, antara Jokowi atau Prabowo...

“Dosen saya wartawan, Pak!”

Ini sebenarnya kelanjutan dari kisah “Obrolan Tukang Becak” di catatan sebelumnya. Begini, pulang dari Poncol, karena akan menuju Unnes Sekaran, saya tentu saja melewati jalan Imam Bonjol, kawasan Tugu Muda, jalan sebelah Lawang Sewu itu. Seperti yang Anda ketahui, kawasan Tugu Muda dikelilingi oleh lampu merah. Nah, karena lampu tinggal beberapa detik lagi akan berwarna hijau, dan di sebelah kiri agak lowong, saya memilih berhenti di lajur kiri. Ketika lampu hijau, saya nyelonong saja dan karena saya akan ke Unnes, maka saya tentu saja memilih arah Banyumanik, Solo-Jogja. Sampai di kawasan penjual bunga-bunga, seorang polisi bermotor menghentikan saya. Menggiring saya ke kiri. Saya ragu-ragu, karena merasa tidak melakukan kesalahan apa-apa. Tidak melanggar lalu-lintas. “Selamat siang, bisa lihat surat-suratnya?” tanya polisi berbadan gempal itu. Saya yang terus terang berdompet kosong, hanya ada seribu rupiah, karena uang 5000 yang saya ambil di sekretarian panitia IMABSII su...

Catatan Kecil tentang Ninuk Endah “Pubdekdok” (D.)S.L.(R)

Ada banyak ilmu tentang hidup. Ilmu tentang kehidupan juga tidak kalah banyaknya. Tapi ilmu tentang pubdekdok? Saya belum pernah menemui bukunya. Namun jangan khawatir, tanpa belajar dengan buku, kita bisa belajar tentang pubdekdok dengan saudara berat kita: Ninuk Endaah (D)S.L.(R) Bila ada yang bertanya tentang dia, maka saya akan dengan lantang menjawab: “Dia itu yang pubdekdok bangeeeet...gitu Men” Sejumlah penghargaan sudah disiapkan untuknya, mulai dari jempol  Rektor Unnes, UNDIP, Unisulla, IAIN Walisongo dan juga jempol master dekdok REM FM, Mas Toni “Lutharino”, kalau tidak salah. Penghargaan paling tinggi adalah jempol presiden negeri Paman Sam, Barack Obama untuk saudara “pubdekdok” kita, Ninuk. Yang menjadi persoalan sekarang adalah, mengapa dia bisa disebut “pubdekdok banget”? Awalnya adalah GEMA. Di GEMA (Gebyar Mahasiswa) BSI, dia didaulat menjadi koordinator Pubdekdok, yang sebenarnya tiada lain tiada bukan alasan utamanya adalah karena dia pemegang akun fb,...