Obrolan Tukang Becak
Sembari menunggu salah seorang peserta IMABSII yang menunda tiket keretanya, saya iseng-iseng tanya-tanya sama bapak-bapak si tukang becak. Tempat dan waktu kejadian perkaranya adalah di sekitaran stasiun Poncol, sekitar pukul 11.00 WIB, Kamis, 29 Mei 2014. Pertama-tama saya basa-basi tanya-tanya tentang bagaimana penghasilan jadi tukang becak. Paling banyak berapa, paling sedikit berapa. Menurut penuturan bapak-bapak yang belakangan saya tahu namanya Heru ini, paling sedikit ya “blong”. Alias nol rupiah. Nah, kalau lagi rame, bisa ratusan ribu sehari. Akunya. Setelah beberapa pertanyaan iseng-iseng itu, saya lebih iseng-iseng lagi tanya-tanya tentang ekonomi keluarganya. Ternyata Bapak 2 anak ini, kurang berkenan kalau disebut berkecukupan. Ia justru menjabarkan semacam ini: “Kebutuhan orang kan selalu ada. Ya ada-ada saja kebutuhannya.” Setelah diam sebentar, saya lebih iseng-iseng lagi, tanya tentang siapa calon presiden yang akan dipilihnya, antara Jokowi atau Prabowo...