Obrolan Tukang Becak

Sembari menunggu salah seorang peserta IMABSII yang menunda tiket keretanya, saya iseng-iseng tanya-tanya sama bapak-bapak si tukang becak. Tempat dan waktu kejadian perkaranya adalah di sekitaran stasiun Poncol, sekitar pukul  11.00 WIB, Kamis, 29 Mei 2014.
Pertama-tama saya basa-basi tanya-tanya tentang bagaimana penghasilan jadi tukang becak. Paling banyak berapa, paling sedikit berapa. Menurut penuturan bapak-bapak yang belakangan saya tahu namanya Heru ini, paling sedikit ya “blong”. Alias nol rupiah. Nah, kalau lagi rame, bisa ratusan ribu sehari. Akunya.
Setelah beberapa pertanyaan iseng-iseng itu, saya lebih iseng-iseng lagi tanya-tanya tentang ekonomi keluarganya. Ternyata Bapak 2 anak ini, kurang berkenan kalau disebut berkecukupan. Ia justru menjabarkan semacam ini:
“Kebutuhan orang kan selalu ada. Ya ada-ada saja kebutuhannya.”
Setelah diam sebentar, saya lebih iseng-iseng lagi, tanya tentang siapa calon presiden yang akan dipilihnya, antara Jokowi atau Prabowo.
 Bapak2 yang usianya kira2 50 tahunan ini dengan santai menyatakan memilih Jokowi sebagai presiden RI. Saya bertanya:
“Karena merakyatnya, ya Pak?”
Tapi justru dia menerangkan tentang Prabowo. Saya senyam-senyum karena tak menyangka, pengetahuannya tentang sejarah begitu luas. Saya, yang digadang-gadang dicalonkan sebagai Presiden pada pemilu 2049 oleh segenap Crew Bang Andrew Foundation, kalah pengetahuan jauh sekali dari seorang tukang becak stasiun Poncol.
Begini penjelasan Pak Heru yang wajahnya sudah banyak keriput itu.
“Mau jadi apa, kalau negeri ini dipimpin Prabowo?” saya tak mengira Pak Heru sefrontal itu. “Dia itu dipecat dari kemiliteran karena melakukan kesalahan besar. Setelah itu pergi ke Yordania” untuk nama negara ini, saya agak lupa. Tapi pak Heru tiba-tiba bersemangat sekali berbicara tentang politik negeri ini.
“Orang-orang kalau tahu Prabowo, nggak mungkin milih dia. Coba tanya pada teman dekatnya, pasti tahu buruk-buruknya. Kamu tahu Hercules? Ya, Hercules mafia itu, dulu Prabowo diselamatkan dia di Timor-Timur. Kalau tidak ada dia, pasti sudah mati.” Bapak Heru semakin bersemangat.
“Di Jakarta dulu, tahun 98, bulan Mei ya, perempuan2 Cina diperkosa oleh militer bertopeng hitam. Orang-orang nggak tahu ini. Hanya orang-orang tertentu saja yang tahu. Kebetulan saya waktu itu kerja di Jakarta. Seminggu sebelum itu, saya pulang. jadi, saya tahu.”
Mungkin Pak Heru banyak diceritai teman2nya di Jakarta.
Banyak sekali yang diceritakannya terkait peristiwa Mei 1998. Tentu saja, saya hanya mendengar seksama, karena saya waktu itu, sewaktu tragedi 98 masih TK, dan tentu saja belum tahu apa-apa tentang politik. Saya hanya suka pergi pakai tongkat kemana-mana, karena bercita-cita jadi pendekar.
Setelah berbicara banyak sekali, beberapa saat kemudian, peserta IMABSII, mahasiswa (bukan mahasiswi) dari Universitas Jember itu menghampiri saya, tanda bahwa dia sudah selesai. Saya berpamitan pada Pak Heru si tukang becak cerdas itu.
Saya sebenarnya hanya ingin tahu apa pilihan seorang tukang becak yang juga mantan tukang parkir itu terkait plihan politiknya pada pemilu pilpres tahun ini. Saya juga tak menyangka kalau ternyata ia punya wawasan yang banyak tentang sejarah negeri ini.
Selain ungkapan “Bang Andrew Foundation”, kisah ini benar-benar nyata, ungkapan hati seorang tukang becak, kepada seorang peneliti amatir: saya.
Saya tak menyangka, dan benar-benar tak menyangka, bahkan seorang tukang becak-pun punya pandangan yang luas sebelum menentukan pilihan politiknya pada pilpres tahun ini. Nah, bagaimana dengan Anda yang tukang sapu?
Saya seorang yang netral, dan saya, terus terang berharap Pak Heru menjawab netral, atau tunggu proses, atau gimana. Tapi ternyata, secara jelas Pak Heru mendukung Jokowi, dan tidak suka Prabowo terkait rekam jejaknya.
#RealStory
Salam Peneliti.. semoga bermanfaat..
#CahNetral

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persiku Junior Lolos 12 Besar Piala Soeratin Jateng

Tentang Malam Minggu, dan Antara Malam yang Sibuk dan Menyenangkan

Daftar Pesepakbola dan Pelatih dengan Penghasilan Tertinggi