Catatan Kecil tentang Ninuk Endah “Pubdekdok” (D.)S.L.(R)

Ada banyak ilmu tentang hidup. Ilmu tentang kehidupan juga tidak kalah banyaknya. Tapi ilmu tentang pubdekdok? Saya belum pernah menemui bukunya. Namun jangan khawatir, tanpa belajar dengan buku, kita bisa belajar tentang pubdekdok dengan saudara berat kita: Ninuk Endaah (D)S.L.(R)
Bila ada yang bertanya tentang dia, maka saya akan dengan lantang menjawab: “Dia itu yang pubdekdok bangeeeet...gitu Men”
Sejumlah penghargaan sudah disiapkan untuknya, mulai dari jempol  Rektor Unnes, UNDIP, Unisulla, IAIN Walisongo dan juga jempol master dekdok REM FM, Mas Toni “Lutharino”, kalau tidak salah. Penghargaan paling tinggi adalah jempol presiden negeri Paman Sam, Barack Obama untuk saudara “pubdekdok” kita, Ninuk.
Yang menjadi persoalan sekarang adalah, mengapa dia bisa disebut “pubdekdok banget”?
Awalnya adalah GEMA. Di GEMA (Gebyar Mahasiswa) BSI, dia didaulat menjadi koordinator Pubdekdok, yang sebenarnya tiada lain tiada bukan alasan utamanya adalah karena dia pemegang akun fb, twitter, dan blog Hima BSI Unnes. Sehingga diharapkan info2 tentang GEMA bisa segera disebar lewat jejaring sosial.
Coba-coba itu, ternyata menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Potensi terpendamnya, terlihat sangat menonjol di sini. Anggaran untuk pubdekdok sebesar satu juta rupiah, olehnya bisa ditekan hingga hanya sekitar tiga ratus ribu rupiah. Sehingga anggaran sisa, bisa dilimpahkan ke seksi lain. Keren sekali bukan?
Ini menarik dibandingkan, atau minimal disandingkan dengan Kirun di REM FM, yang juga berhasil “deal” dengan sejumlah sponsor sehingga anggaran dekdok “AAP” nyaris surplus. Terlalu keren bukan! Namun kita sedang memberikan penghargaan kepada Ninuk, bukan Kirun. Kirun bisa demikian karena kerennya dia di sponsorship, atau minimal cenderung sponsorship, dan bukannya pubdekdok, meskipun pubdekdoknya juga tidak bisa diremehkan.
Kembali ke teman crewet kita!
Mengapa dia bisa keren begitu? Adalah karena kecerdasannya untuk membuat sesuatu yang sederhana menjadi “wah” dan (mungkin karena) ketakutannya kalau menghabiskan dana dan membebani HIMA. Faktor lain adalah dia yang benar-benar menjaga agar seksinya atau bahkan dirinya sendiri tidak diomong2kan panitia lain karena seksinya terlalu banyak menelan dana. Anggaran dari bendara, berapapun itu, akan digunakan seminimal mungkin untuk menghasilkan sesuatu yang seluarbiasa mungkin. Dan saya kira, dia berhasil membuktikan diri menjadi seorang “Crew” atau panitia yang sesungguhnya karena selalu bisa mewujudkan impian semua orang itu, dengan menekan dana seminimal mungkin.
Sampai tulisan ini ditulis apakah dana IMABSII defisit atau tidak saya belum tahu, tapi melihat dekorasi Semarak sepuluh tahun IMABSII, semua orang yang melihatnya pasti akan “standing applause”. Kalian tahu? Tulisan “Semarak 10 Tahun IMABSII” itu dibuat dari tutup botol yang kalian buang di tempat sampah? Hanya otak kreatif yang terpikirkan tentang itu. Kalian tahu? Keping2 cakrem Vcd player itu dibuat semacam pintu gerbang yang indah, dan begitu tak terduga? Itu adalah suatu usaha luar biasa untuk menekan pengeluaran sebuah kepanitian.
Ada sebuah prestasi satu lagi yang menurut saya benar2 langka di HIMA BSI. Adalah ketika Kongres Mahasiswa BSI. Adalah saudara kita ini, satu-satunya yang mendapat “standing applause” dari peserta kongres, karena keberhasilannya “menghidupkan” HIMA di sejumlah jejaring sosial. Padahal sebagaimana sebagian pembaca tulisan ini tahu, tahun sebelumnya, LPJ progja “JIBSI” yang dipegang tokoh kita ini sempat melayang di udara sebelum akhirnya berserakan di lantai. Tokoh terkait dilarang tersinggung membaca ini. Karena memang demikian adanya.
Nah, saya tahu, itu juga bagian dari ketakutannya kalau diperlakukan ekstrim seperti itu. Sehingga tokoh kita ini selalu berusaha untuk berbuat lebih baik, dan jangan sampai seperti yang sudah terjadi. Dia benar2 seorang yang penakut, kalau kegagalannya menjadi bahan omongan orang, atau minimal disoroti orang. Dan dia benar2 berhasil menanggulanginya.
Sayangnya, sebuah pujian, dalam sebuah kata-kata mutiara, adalah tipuan. Yang dimaksud tipuan dalam kata2 mutiara itu adalah seorang yang memuji berniat menjatuhkan yang dipuji. Sehingga di sini perlu dikonfirmasi bahwa saya, sebagai penulis amatir, sama sekali tidak berniat menjatuhkannya di muka publik. Saya murni ingin memberikan penghargaan dengan harapan menjadi semacam pelecutnya untuk berbuat lebih “wah” lagi di kepanitiaan selanjutnya, walau kita tahu, (sayang sekali) dia tidak melanjutkan “kefungsionarisannya” di HIMA tahun ini.
***
Pertama kali saya mengenalnya adalah ketika JJS, jalan-jalan sastra kedua, di Nglimut, kalau saya tak salah menyebut. Saya sempat mengobrol dengannya tentang REM FM, karena waktu itu dia tertarik sekali belajar broadcast. Namun, kemudian, karena OPREC REM FM, seperti biasa, dilakukan di semester genap, sehingga dia lebih dulu bergabung di HIMA BSI. Karena agenda di HIMA sangat padat, maka, meskipun dia sempat mengikuti beberapa agenda di REM, akhirnya dia ingin lebih fokus saja di HIMA.
Setelah kenal di JJS itu, saya terkejut ketika mendapati setelah beberapa hari pengumuman diterima sebagai fungsionaris HIMA BSI 2013, saya sedepartemen dengannya. Saya yang waktu JJS sangat tertarik mengobrol lebih banyak dengannya, lebih dekat, karena dia lucu, yaitu cara ngomongnya yang kebetawi2annya itu, benar2 kaget mendapatinya. Sekaligus saya juga ingin belajar berbicara bahasa Indonesia dengan cara yang tidak “medok”. Maklum, saya orang kampung tulen, Ndes, jadi begitulah.
Terakhir, saya minta maaf sekali kalau di tulisan2 sebelumnya sempat “menelanjangi” Anda. Di sini, kalau Anda tidak berkenan dengan tulisan ini, saya bersedia minta maaf dengan membayar mahar berapapun yang Anda minta. Tapi bo’ong.
Begini, inti dari tulisan ini adalah, saya hanya ingin agar para pembaca tulisan ini, The Shintingers, bisa terinspirasi dengan Anda. Agar ketika berada di suatu kepanitiaan, benar2 meminimalkan anggaran sebisa mungkin, dengan ide2 yang tidak mungkin, tapi mungkin direalisasikan. Sekaligus membuat bendahara selalu tersenyum karena tidak banyak merogoh kocek anggaran untuk banyak seksi.
Yang kedua, adalah saya ingin mengajak para pembaca ini untuk mendoakan agar Anda bisa segera membeli kamera “De-S.L-er” yang selalu Anda impi-impikan. Bukankah kalau yang berdoa semakin banyak, semakin cepat suatu impian terkabul?
Mohon untuk pembaca ini, bersedia mendoakan tokoh kita kali ini agar mendapatkan impiannya! Dalam hati saja. Terima kasih.
Terserah Nuk, kamu mau marah, ketawa, nyubit saya berkali-kali, atau berhenti curhat pada saya, atau terus ngambek, itu hak Anda. Yang pasti saya yakin, banyak yang terinspirasi ke-pubdekdok-anmu, dan saya selalu gagal menjadi pubdekdok sekeren kamu, Nduk.
Konfirmasi terakhir, benar-benar terakhir, saya sangat mengerti ekspresimu waktu itu, sehabis saya mengantar mengambil MMT di SAKA, saya tidak menjawab “terima kasih ya bang” mu, bukan berarti saya tidak ikhlas. Saya tahu, pasti banyak yang Anda ceritai soal ini, mungkin. Tapi itu soal “mood”. saya ternyata adalah seorang yang moody tingkat tinggi. Jadi, itu bukan tidak ikhlas, tapi sangat tidak ikhlas.haha.
Nggak. Sama sekali bukan tidak ikhlas. Itu hanya tentang mood. saya ikhlas mengantarmu kemanapun pergi. Anter ke rumahmu ke Tangerang dan jangan balik lagi ke Unnes juga ikhlas. Haha.
Nggak. Gini, benar-benar, sebenar-benarnya, terakhir, perubahan sikap Anda yang juga tukang galau seperti halnya saya, itu merupakan kegalauan biasa yang dialami orang muda. Sebagaimana Mario Teguh pernah katakan, anak muda wajib galau. Galau tentang masa depannya. Dan itu normal. Tapi saya sepertinya melihat Anda banyak berubah akhir-akhir ini. Mungkin karena jarang ketemu, karena kekecewaan Anda pada saya waktu itu. Terserah. Saya hanya bisa minta maaf.
Haisyah, sayangnya catatan ini sudah tidak kejutan lagi untuk tokoh kita ini. Karena saya sudah meminta persetujuan dari yang bersangkutan, kemarin, kalau nggak salah. dan menurut bendahara IMABSII yang selalu senyum2, akhir2 ini, dana kongres tidak defisit.
Terakhir (lagi), harapan saya adalah, Anda mengurangi “kelelakian” Anda yang mengalahkan saya itu. Haha. Nggak, saya lebih “laki” dong. Sudahlah, saya mau mandi dulu. Mau kramas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persiku Junior Lolos 12 Besar Piala Soeratin Jateng

Tentang Malam Minggu, dan Antara Malam yang Sibuk dan Menyenangkan

Daftar Pesepakbola dan Pelatih dengan Penghasilan Tertinggi