Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

Tentang Transgender: Menjadi Perempuan, dan Sepenuhnya Laki-laki: Bagaimana Mbah Modin Nanti?

Alam ini diciptakan berpasang-pasangan, begitu semua orang mengumbar percakapan sehari-hari. Ada siang ada malam, ada pagi ada sore, baik buruk, sial mujur, bulan matahari, langit bumi, dan yang paling banyak disebut adalah ada laki-laki dan ada perempuan. Belakangan ini, setidaknya sudah berjalan dalam hitungan bulan, sebagian yang membaca tulisan ini pasti tahu, ada seorang yang dengan keberanian yang matang, memutuskan keputusan sangat besar dan tentu saja mengandung banyak resiko: menjadi seorang trans. Mungkin agak disamarkan, (saya sengaja tidak minta izin kepada yang bersangkutan, tapi kalau memang tidak berkenan, saya akan segera menghapus ini) dengan tujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak patut. Dalam banyak literatur disebutkan bahwa orang-orang trans adalah orang-orang yang merasa memiliki jiwa yang tidak sesuai dengan ciri-ciri sebagaimana bentuk fisiknya. Mereka memiliki bentuk fisik yang lazim disebut laki-laki, namun tingkahnya seperti perempuan, atau cenderu...

Catatan Perjalanan Menembus Gusmus

Hari itu Jum’at. Hari keenam puasa. Sesuai rencana beberapa hari sebelumnya, saya dan Si Bang Zae, mas2e ketua bem kae, akan menembus kota Rembang, untuk menemui-sowan- Gusmus. Kami berangkat sekitar pukul 14.15 WIB dari PKM FBS Unnes. Sebelum berangkat, kebetulan seorang dosen lewat-dosen yang mengharuskan kami untuk menjelajah Pantura untuk mencapai seorang kiyai yang juga sastrawan dan budayawan itu: Pak Burhanuddin. Perlu ditekankan di sini bahwa, kami sowan ke Gusmus adalah untuk memenuhi tugas Antropologi Sastra. Tugasnya adalah: wawancara tentang latar belakang kepenulisan seorang sastrawan. Kebetulan kami kebagian-yang menurut kami paling susah ditemui-GusMus. Anehnya, kami tidak menjelaskan pada pak dosen itu kalau kami akan berangkat ke-suatu kota yang menurut saya, jauh-bernama Rembang, dalam rangka memenuhi tugas mata kuliahnya. Pak dosen itu hanya senyum sedikit dan menyapa si ketua BEM: Wes buko din? Jawab ketua bem kita: Ngko, Asyar Pak. Kami bertiga senyam-senyum pad...