Ribut-ribut Mabuk Pembalut, Ini Kata Polisi Rembang
Kasat Reserse Narkoba Polres Rembang,
AKP Bambang Sugito mengungkapkan, sejauh ini belum terdapat kasus
mabuk dengan rebusan pembalut. Dalam tiga hari terakhir, pihaknya sudah
menyelidiki untuk wilayah Kota Garam dan tak menemukan kasus yang dimaksud.
”Belum ada. Selama tiga hari terakhir kami sudah adakan
penyelidikan, belum ditemukan kasus tersebut,” paparnya kemarin.
Pihaknya juga mengaku belum mendapatkan tembusan oleh BNNP
Jateng tentang ditemukannya kasus remaja
yang mabuk-mabukan dengan rebusan pembalut. Sejauh ini, kasus yang ditemukannya
masih orang dewasa yang memakai sabu-sabu atau pil.
Adapun untuk mengantisipasi terjadinya mabuk rebusan
pembalut di kalangan remaja, Bambang menyatakan perhatian orangtua menjadi
kunci. Bila orangtua mengawasi anak-anaknya sebagaimana mestinya, tentu hal-hal
yang tak semestinya terjadi bisa lebih diminimalisir.
”Pengawasan orangtua harus lebih baik kalau tak ingin
anak-anaknya melakukan hal-hal yang tak seharusnya,” tambah dia.
Di Jateng, fenomena mabuk pembalut yang direbus memang baru.
Namun, kejadian serupa ternyata sudah lama terjadi di beberapa daerah di
Indonesia. Dikutip dari http://arahdetik.blogspot.com/2017/03/keterlaluanair-rebusan-pembalut-wanita.html
, di Belitung Timur kejadiannya sudah tahun lalu.
Berikut laporannya:
Tak hanya sekadar mabuk arak, lem, hingga obat batuk kemasan
(sachet), belakangan yang baru mencuat adalah mabuk menggunakan pembalut wanita
dan popok bayi (diapers).
Sebut saja namanya Kujay (14), bukan nama sebenarnya. Remaja
tanggung yang masih duduk di bangku SMP itu mengaku diberitahu temannya di
Tanjungpandan, Belitung bahwa pembalut wanita dan popok bayi bisa bikin mabuk.
"Kalau sudah mabuk, asyiknya dibawa berangin (berangin-angin), jalan-jalan pakai sepeda motor. Pakai (mengendarai) motor bawaannya tegang. Biasanya pelan, tapi tegang," ucap Kujay kepada Pos Belitung, Senin (1/8) lalu.
Anak baru gede (ABG) yang tinggal di Kecamatan Kelapa Kampit ini mengatakan rata-rata jenis pembalut yang digunakan adalah yang bersayap (wing). Pembalut itu direbus dan kemudian air hasil rebusannya diminum.
"Rasanya pahit, kelat," ujar Kujay.
Menurutnya, setelah setengah jam meminum rebusan pembalut, mulai terasa mabuk. Sensasinya bisa dua hingga tiga jam. Mabuknya, lebih dari mabuk arak atau obat batuk kemasan. Mabuk juga bisa lebih lama jika ditambah menenggak arak.
"Sekarang ini marak dikonsumsi, pagi, siang, dan sore. Terutama saat ngumpul-ngumpul, biasanya kami minum di luar rumah, di tempat sepi," kata Kujay sembari menambahkan penikmat mabuk pembalut biasanya anak-anak SMP seusianya.
Kujay mengaku, biasanya membeli pembalut di sebuah toko langganannya di Pasar Kelapa Kampit. Toko ini menjual bebas barang-barang yang bisa disalahgunakan.
"Mau obat batuk, pembalut, perekat, dan segala macam, orangnya cuek," kata Kujay sembari
menambahkan mabuk menggunakan infus juga lagi tren.
Sama halnya dengan Kujay, Jontor (16), bukan nama sebenarnya sudah lebih lama merasakan sensasi mabuk pembalut. "Sejak pertengahan tahun 2015," kata remaja yang duduk di bangku SMA kelas X itu.
Ia menjelaskan, pembalut yang biasa digunakan mabuk biasanya jenis wing dan warna pink. Jika dikonsumsi sendiri, satu atau dua lembar pembalut. Tapi kalau beramai-ramai, biasanya merebus hingga lima lembar.
Selain direbus, Jontor mengatakan Menurut Jontor, pembalut juga bisa bikin mabuk setelah ditetesi bensin atau alkohol.
"Ampas pembalut terkadang dibakar, namun saat udah terasa nyaman dan buru-buru mau fly, sudah lupa buang ampas, lempar saja ke kotak sampah," ujarnya.
Setiap hari, kata Jontor, sekelas anak-anak SMA biasanya diberi uang saku Rp 10 ribu. Mereka kemudian patungan untuk membeli pembalut.
"Karena keseringan, bisa dibilang ya (nyandu), karena berkali-kali," aku Jontor, seraya menambahkan, penyalahguna pembalut hampir semua dilakukan laki-laki.
"Kalau cewek nggak ada. Tapi yang mabuk obat batuk dan arak banyak," imbuhnya.
Jontor bisa terbilang belum cukup parah, ia bercerita ada kawannya yang lain, jika mabuk, seluruh badannya bergetar. "Pernah dia buka tangki bensin. Aku pikir kenapa, lalu diisaplah bensin dari tangki," ujarnya.
Sejumlah zat terkandung di dalam produk pembalut ataupun popok. Di antaranya klorin yang dapat terkontaminasi menjadi dioksin.
Dikutip dari laman mitrainti.org, klorin digunakan pada proses pemutihan (bleaching) oleh pabrik kertas, termasuk pabrik pembalut wanita, tissue, sanitary pad, dan popok. Klorin dilarang pada pembuatan obat ataupun makanan berdasarkan Permenkes RI No. 472/ 1996.
Zat-zat ini terkandung pada busa pembalut yang di dalamnya terdapat semacam jel yang befungsi menahan cairan. Dari laman tersebut, YLKI sebenarnya sudah merilis hasil riset mereka berupa sembilan merek pembelaut dan tujuh merek pantyliner yang mengandung zat berbahaya, yaitu klorin dengan rentang 5-55 ppm. (o4/m3)
Leo Ardiansyah, Sekretaris Dinas Kesehatan Beltim mengatakan bahaya pembalut dan popok, bahkan bisa mengancam, meski penggunaan sesuai peruntukan sehari-hari. Zat klorin yang terkontaminasi menjadi dioksin bisa memicu penyakit kanker.
Adapula zat TBT yang terkandung di dalam popok misalnya, itu dapat menimbulkan efek panas dan dapat menyebabkan kemandulan jika digunakan dalam waktu yang lama.
Makanya, belakangan banyak yang menganjurkan lebih aman menggunakan pembalut atau popok yang terbuat dari kain (atau bukan sekali pakai)
Berdasarkan sejumlah penelitian di Eropa, disebutkan bahwa pembalut dan popok juga mengandung zat-zat sejenis yang terkandung di dalam lem merek tertentu yang diketahui juga kerap disalahgunakan mendapatkan efek mabuk.
Efek membahayakannya bisa dibilang serupa zat-zat yang terkandung dalam cairan cat, kutek, lem-lem tertentu. Jika disalahgunakan, zat-zat berbahaya yang terkandung di dalam produk pembalut membahayakan fungsi otak. Jika berlarut-larut dalam waktu yang panjang, efek paling fatal dapat menyebabkan kematian dikarenakan overdosis.
Ketagihan yang dirasakan lebih kepada ingin mendapatkan efek mabuk. Bahaya-bahaya ini di luar hancurnya masa depan si penyalahguna, karena efeknya hampir serupa dengan penyalahgunaan lem merek tertentu.
sumber ; http://silahkanshare2.blogspot.co.id/2016/08/parah-air-rebusan-pembalut-wanita-jadi.html
"Kalau sudah mabuk, asyiknya dibawa berangin (berangin-angin), jalan-jalan pakai sepeda motor. Pakai (mengendarai) motor bawaannya tegang. Biasanya pelan, tapi tegang," ucap Kujay kepada Pos Belitung, Senin (1/8) lalu.
Anak baru gede (ABG) yang tinggal di Kecamatan Kelapa Kampit ini mengatakan rata-rata jenis pembalut yang digunakan adalah yang bersayap (wing). Pembalut itu direbus dan kemudian air hasil rebusannya diminum.
"Rasanya pahit, kelat," ujar Kujay.
Menurutnya, setelah setengah jam meminum rebusan pembalut, mulai terasa mabuk. Sensasinya bisa dua hingga tiga jam. Mabuknya, lebih dari mabuk arak atau obat batuk kemasan. Mabuk juga bisa lebih lama jika ditambah menenggak arak.
"Sekarang ini marak dikonsumsi, pagi, siang, dan sore. Terutama saat ngumpul-ngumpul, biasanya kami minum di luar rumah, di tempat sepi," kata Kujay sembari menambahkan penikmat mabuk pembalut biasanya anak-anak SMP seusianya.
Kujay mengaku, biasanya membeli pembalut di sebuah toko langganannya di Pasar Kelapa Kampit. Toko ini menjual bebas barang-barang yang bisa disalahgunakan.
"Mau obat batuk, pembalut, perekat, dan segala macam, orangnya cuek," kata Kujay sembari
menambahkan mabuk menggunakan infus juga lagi tren.
Sama halnya dengan Kujay, Jontor (16), bukan nama sebenarnya sudah lebih lama merasakan sensasi mabuk pembalut. "Sejak pertengahan tahun 2015," kata remaja yang duduk di bangku SMA kelas X itu.
Ia menjelaskan, pembalut yang biasa digunakan mabuk biasanya jenis wing dan warna pink. Jika dikonsumsi sendiri, satu atau dua lembar pembalut. Tapi kalau beramai-ramai, biasanya merebus hingga lima lembar.
Selain direbus, Jontor mengatakan Menurut Jontor, pembalut juga bisa bikin mabuk setelah ditetesi bensin atau alkohol.
"Ampas pembalut terkadang dibakar, namun saat udah terasa nyaman dan buru-buru mau fly, sudah lupa buang ampas, lempar saja ke kotak sampah," ujarnya.
Setiap hari, kata Jontor, sekelas anak-anak SMA biasanya diberi uang saku Rp 10 ribu. Mereka kemudian patungan untuk membeli pembalut.
"Karena keseringan, bisa dibilang ya (nyandu), karena berkali-kali," aku Jontor, seraya menambahkan, penyalahguna pembalut hampir semua dilakukan laki-laki.
"Kalau cewek nggak ada. Tapi yang mabuk obat batuk dan arak banyak," imbuhnya.
Jontor bisa terbilang belum cukup parah, ia bercerita ada kawannya yang lain, jika mabuk, seluruh badannya bergetar. "Pernah dia buka tangki bensin. Aku pikir kenapa, lalu diisaplah bensin dari tangki," ujarnya.
Sejumlah zat terkandung di dalam produk pembalut ataupun popok. Di antaranya klorin yang dapat terkontaminasi menjadi dioksin.
Dikutip dari laman mitrainti.org, klorin digunakan pada proses pemutihan (bleaching) oleh pabrik kertas, termasuk pabrik pembalut wanita, tissue, sanitary pad, dan popok. Klorin dilarang pada pembuatan obat ataupun makanan berdasarkan Permenkes RI No. 472/ 1996.
Zat-zat ini terkandung pada busa pembalut yang di dalamnya terdapat semacam jel yang befungsi menahan cairan. Dari laman tersebut, YLKI sebenarnya sudah merilis hasil riset mereka berupa sembilan merek pembelaut dan tujuh merek pantyliner yang mengandung zat berbahaya, yaitu klorin dengan rentang 5-55 ppm. (o4/m3)
Leo Ardiansyah, Sekretaris Dinas Kesehatan Beltim mengatakan bahaya pembalut dan popok, bahkan bisa mengancam, meski penggunaan sesuai peruntukan sehari-hari. Zat klorin yang terkontaminasi menjadi dioksin bisa memicu penyakit kanker.
Adapula zat TBT yang terkandung di dalam popok misalnya, itu dapat menimbulkan efek panas dan dapat menyebabkan kemandulan jika digunakan dalam waktu yang lama.
Makanya, belakangan banyak yang menganjurkan lebih aman menggunakan pembalut atau popok yang terbuat dari kain (atau bukan sekali pakai)
Berdasarkan sejumlah penelitian di Eropa, disebutkan bahwa pembalut dan popok juga mengandung zat-zat sejenis yang terkandung di dalam lem merek tertentu yang diketahui juga kerap disalahgunakan mendapatkan efek mabuk.
Efek membahayakannya bisa dibilang serupa zat-zat yang terkandung dalam cairan cat, kutek, lem-lem tertentu. Jika disalahgunakan, zat-zat berbahaya yang terkandung di dalam produk pembalut membahayakan fungsi otak. Jika berlarut-larut dalam waktu yang panjang, efek paling fatal dapat menyebabkan kematian dikarenakan overdosis.
Ketagihan yang dirasakan lebih kepada ingin mendapatkan efek mabuk. Bahaya-bahaya ini di luar hancurnya masa depan si penyalahguna, karena efeknya hampir serupa dengan penyalahgunaan lem merek tertentu.
sumber ; http://silahkanshare2.blogspot.co.id/2016/08/parah-air-rebusan-pembalut-wanita-jadi.html
Komentar
Posting Komentar