Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2013

Ibu Tua

Ibu Tua meringkuk di kamarnya. Sendirian. Usai Menik menonton televisi di ruang tengah, tak ada lagi suara yang mencairkan rumah itu. Dan Ibu Tua itu, tentu tahu Menik esok harus pergi ke sekolah pagi-pagi. Tak mungkin memintanya menemani dirinya hingga tertidur. Dan begitulah, Ibu Tua itu lebih sering merasa sendiri setelah ditinggal suami yang dipanggil Illahi dan anak-anaknya yang satu-persatu bergiliran meninggalkan rumah itu. Menik, putri bungsu dari lima bersaudara lebih sering berada di luaran. Pagi, bangun pukul lima, membantunya menyapu dan menyiapkan sarapan, lalu mandi dan lantas meninggalkannya sendirian di rumah. Sepi. Sepi. Selalu hanya sepi yang setia menemani Ibu Tua. Kini, Ibu Tua sedang melamun di jendela. Dulu, ia ingat sekali, di situ ia pernah mendongeng untuk anak-anaknya. Betapa Ibu Tua dengan muka cerah sumringah menjadi pendongeng setia di rumah hanya agar anak-anaknya merasa betah tinggal bersamanya. Ibu Tua bahagia sekali melihat anak-anaknya antusia...